matalutim.com – Luwu Timur, 26 April 2025 – Anjungan Desa Wewangriu, Kecamatan Malili, menjadi saksi dari pelaksanaan simulasi bencana yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Timur melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Simulasi ini diadakan dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional dan berlangsung mulai pukul 10.00 WITA.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman langsung kepada masyarakat tentang cara menghadapi berbagai jenis bencana, termasuk gempa bumi, kebakaran, dan insiden tenggelam. Kegiatan ini dimulai dengan bunyi sirine sebagai tanda terjadinya bencana, di mana sejumlah “korban” berjatuhan, dan satu di antaranya diceritakan meninggal akibat tenggelam.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai unsur, termasuk TNI AL, TNI AD, Tagana, SAR, Puskesmas Malili, Baznas, Basarnas, Damkar, Satpol PP, PT. Vale Indonesia, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, serta guru dan murid dari SDN 226 Patande. Seluruh peserta berperan aktif sesuai tugas masing-masing, sehingga simulasi berjalan dengan lancar dan realistis.
Sekretaris Daerah Luwu Timur, H. Bahri Suli, yang hadir mewakili Bupati, memberikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan ini. Ia menilai bahwa simulasi ini merupakan langkah penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan koordinasi lintas sektor dalam menghadapi bencana.
Bahri Suli juga menekankan pentingnya semangat semua pihak dalam melayani masyarakat saat bencana terjadi dan perlunya menjaga koordinasi antarinstansi agar penanganan berjalan efektif dan cepat. “Luwu Timur adalah daerah yang rawan bencana, seperti gempa bumi yang bisa terjadi kapan saja. Dengan adanya simulasi ini, kita bisa melakukan langkah antisipasi secara dini,” tambahnya.
Suarni Rapa Baralangi, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala Sekolah SD 226 Patande, juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung pelaksanaan simulasi bencana. Ia menyatakan bahwa kegiatan ini bukan sekadar latihan, tetapi merupakan langkah penting untuk mendidik siswa menghadapi situasi darurat.
Simulasi bencana ini dilakukan di tiga lokasi, yaitu pinggir Sungai Patande, Masjid Baitul Rahman, dan SDN 226 Patande. Ini memberikan pengalaman langsung kepada siswa mengenai kesiapsiagaan bencana. “Kami percaya bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui simulasi ini akan sangat berharga, terutama bagi generasi muda yang merupakan masa depan bangsa,” jelas Suarni.
Ia juga mengapresiasi peran dua siswa, Wahyu dari kelas enam dan Muh Zahdan dari kelas tiga, yang berperan sebagai korban dalam simulasi. “Mereka menunjukkan keberanian dan kepemimpinan yang sangat baik dalam menjalankan tugas tersebut,” tutupnya.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan siswa tidak hanya memahami teori mengenai bencana, tetapi juga mampu beraksi secara cepat dan tepat jika terjadi situasi darurat. SD 226 Patande berkomitmen untuk terus meningkatkan program edukasi dan latihan demi keselamatan dan kesejahteraan seluruh warga sekolah. (SW/Red)